PENGGUNAAN ALAT PENGERING PADA PRODUKSI OLAHAN KUDAPAN TRADISIONAL KOLONTONG

Main Article Content

Wahyu Budi Mursanto
Politeknik Negeri Bandung
Siti Saodah
Politeknik Negeri Bandung
Sri Utami
Politeknik Negeri Bandung

Industri pengolahan makanan ringan di Jawa Barat menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan mendapat respon baik dari masyarakat. Salah satu produk olahan dari industri tersebut adalah kudapan khas tanah Sunda seperti kolontong, wajit, ciwol, rangginang dan masih banyak jenis lainnya. Untuk menjaga kelestarian warisan kuliner khas tersebut diperlukan upaya menjaga keberlangsungan industri yang memproduksinya. Kelompok usaha kecil yang hingga saat ini masih memproduksi dan mempertahankan olahan makanan tersebut adalah Sari Ketan yang terletak di RT 14 dan 15 RW 01 Desa Ciwaruga, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Mitra tersebut memiliki produk unggulan yaitu kolontong. Salah satu proses terpenting dalam pembuatan makanan ringan atau kudapan adalah proses pengeringan. Proses pengeringan yang masih dilakukan selama ini oleh industri skala kecil pada umumnya menggunakan cara konvensional yang hanya mengandalkan sinar matahari. Kekurangan dari metode tersebut adalah lamanya waktu pengeringan, higienitas olahan makanan, dan ketergantungannya terhadap cuaca yang tidak menentu. Proses pengeringan alternatif telah digunakan oleh mitra, yakni dengan menggunakan sumber panas dari kompor LPG yang dinyalakan di dalam ruangan tempat penyimpanan olahan yang akan dikeringkan. Namun metode pengeringan tersebut rentan terhadap ketidakefisienan penggunaan energi serta mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk. Untuk itu diperlukan suatu alat pengering yang efektif dan efisien dalam mengeringkan olahan produk. Pengujian pengeringan kolontong dilakukan pada suhu 400C dengan memakan waktu 5 jam. Perbedaan yang mencolok dari produk kolontong dengan penggunakan alat pengering adalah bentuk yang tidak terlalu besar, tetapi dari sisi tekstur dan kerenyahan, sama dengan produk kolontong yang diolah secara tradisional. Dalam kegiatan pengabdian ini, telah menghasilkan luaran berupa alat pengering makanan berkapasitas 1,5 kg dengan metoda konveksi beserta peralatan pendukungnya, modul pelatihan dan SOP pengoperasian.
Kata kunci: sistem informasi geografis on line, data penduduk, aset

1. Hidayat,Agus Hasan.Hari Purnomo.2014.Desain Pengering Kerupuk Menggunakan Metode Ergonomi Partisipatori .Seminar Nasional IENACO.
2. Marbun, Arobotomo M. Rafael.2014.Rancang Bangun Mesin Pengering Jahe Merah Sistem Konveyor Kapasitas 35 Kg/Proses.
3. Misha.S. S. Mat.,M.H. Ruslan, K. Sopian and E. Salleh.2013.Review on the Application of a Tray Dryer System for Agricultural Products.
4. Sumarno, F. Gatot. Studi Experimental Alat Pengering Krupuk Udang Bentuk Limas Kapasitas 25 Kg Per Proses dengan Menggunakan Energi Surya dan Energi Biomassa Arang Kayu.
5. http://www.bps.go.id/
6. Baharudin, yudi irawan, Peningkatan produktifitas dan mutu kakao melelui penggunaan alat pengering tipe BPTP-II, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggaara (http://Sultra.litbang.go.id)
7. Mahasiswa kembangkan pengering kerupuk untuk UKM (http://republika.co.id, edisi kamis 26 Nopember 2015)