PENERAPAN KONSEP BARU CRACKED SOILS PADA PENANGULANGAN KELONGSORAN LERENG (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN GEDUNG RESKRIMSUS POLDA KALIMANTAN TIMUR, BALIKPAPAN)
Abstract
Hasil analisa stabilitas lereng dengan tanah cukup kaku didasarkan pada kondisi terekstrim yaitu kondisi saturated akibat hujan dari lereng di area pembangunan gedung Reskrimsus Polda Kalimantan Timur, Balikpapan menunjukkan angka keamanan, SF>1. Hal ini berarti lereng tersebut kondisi aman walaupun ketika terjadi hujan. Pada kenyataannya, setelah lereng diguyur hujan dengan intensitas sangat lebat, lereng bergerak yang mengakibatkan kerusakan struktur di sekitarnya. Fenomena ini dapat dijawab dengan the concept of cracked soil yang mengakomodir keberadaan retak pada lereng dan pengaruh intensitas hujan yang belum banyak diperhatikan dalam menganalisa stabilitas lereng sampai saat ini. Retakan yang terinfiltrasi air hujan pada saat hujan sangat lebat akan menentukan stabilitas lereng. Parameter pada retakan ini berbeda dengan parameter tanah utuh dimana tanah tersebut dianggap berperilaku seperti pasir (c=0 dan f≠0) dan pada retakan tersebut akan terbentuk pore water pressure build up ketika hujan sangat lebat terjadi. Hasil dari analisa ulang yang dilakukan dengan konsep baru tersebut, lereng yang pada awalnya diprediksi aman (SF>1) ternyata longsor (SF<1). Secara garis besar diusulkan konsep untuk menanggulangi kelongsoran tersebut.